17 Des 2009

Setujukah kalau restu ibu itu pembuka kesuksesan kita? Seberapa besar peran restu ibu itu dalam mempercepat kesuksesan kita?

Abidin Noor dalam blognya telah menjelaskan bagaimana peran orang tua sesuai dengan ayat-ayat yang telah ada. Beliau menjelaskan bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua terutama ibu. Walaupun kedua orang tua terutama ibu tidak mengharapkan balasan dari kita dan meskipun mereka sangat berbahagia melihat kita bisa sukses diatas kaki dan tangan kita sendiri. Namun sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu memberi perhatian kepada mereka dan membahagiakan mereka sampai hari tuanya. Kita harus bisa membuat mereka bangga kepada kita, "Aku bangga kepadamu Nak". Ucapan itu yang seharusnya kita kejar sekarang sebelum orang lain bangga terhadap kita. Berikut artikel dari Abidin Noor tersebut.



RESTU IBU PINTU UTAMA MERAIH KESUKSESAN


Oleh : Abidin Noor

Restu ibu salah satu pintu utama untuk meraih kesuksesan. Untuk membuka pintu kesuksesan Anda harus selalu menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua Anda terutama Ibu yang membesarkan Anda, hindari mengucapkan perkataan-perkataan yang dapat menyinggung perasaannya. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Suci Al Qur’an, surat Al-Isra' ayat 23-24:

”Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya".

Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasing sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil.”

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa bakti kepada kedua orang tua terutama ibu, seperti yang dilakukan oleh Ahmad Dhani, pentolan Group Band ternama Dewa, meminum air bekas cucian kaki ibunya pada acara ulang tahunnya yang ke 39. Atau dengan cara lain, seperti yang dilakukan Iwan Fals menciptakan sebuah lagu untuk ibunya yang berjudul “Ibu” berikut ini:

Ribuan Kilo Jalan Yang Kau Tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…Ibu…Ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…Ibu…Ibu….

Walaupun pada dasarnya kedua orang tua kita tidak mengharapkan balasan, jasa orangtua tidak dapat kita balas, khususnya Ibu. Selama 9 bulan 9 hari ibu mengandung dan melahirkan dengan penuh risiko antara hidup dan mati.

Anda harus bisa membahagiakan Ibu dan selalu menjaga perasaannya, karena kebahagiaan yang Anda berikan pada hakikatnya akan memantul kembali kepada sumber yang memantulkannya dalam bentuk kesuksesan-kesuksesan lain yang tidak Anda sadari. sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah ungkapan yang menyatakan 'surga ada di bawah telapak kaki ibu.


===============================================================

Bagaimana setelah membaca artikel diatas? Sudah semakin tau bagaimana peran orang tua kita terhadap kesuksesan kita? Tetapi ada satu hal yang sangat penting dan jangan sampai dilupakan. Ada juga sebuah ayat yang menjelaskan kita jangan terlalu disibukkan mencari dukungan, restu, estu, dan kerelaan manusia. Yang harus kita usahakan adalah keridhoan Allah swt. Jangan takut kehilangan dukungan manusia, sebab yang paling berhak ditakuti hanya Allah swt.Restu orang tua kita usahakan, restu keluarga kita cari, dukungan masyarakat kita upayakan, tapi restu dan dukungan Allah swt diatas segala-galanya. Mungkin untuk lebih mendetailnya kita simak ulasan dari Ust. Abdurrahman Muhammad yang diterbitkan pada Majalah Hidayatullah edisi 10/XX/Februari 2008/Muharram 1429.

RESTU ALLAH DIATAS SEGALANYA

Oleh: Ust. Abdurrahman Muhammad*

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi"  (QS Al Ahzab: 37)

Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah saw merasa enggan ketika dinikahkan secara langsung oleh Allah swt dengan Zainab, seoarang janda yang beru menyelesaikan masa 'iddah-nya. Ia adalah mantan istri anak angkatnya sendiri, Zaid bin Tsabit yang telah hidup bersama Rasululah bertahun-tahun sejak kecilnya, bahkan Zaid sendiri pernah menyebutnya sebagai Zaid bin Muhammmad.

Melalui pernikahan ini Allah hendak menjadikan Muhammad saw sebagai model yang memperagakan langsung sikap keras Islam terhadap praktik "adopsi" (tabbani) yang telah mengakar di zaman jahiliyah dan tetap di praktikkan secara subur hingga saat ini.

Melalui peragaan ini Allah swt menegaskan bahwa tak ada hubungan apapun antara orang tua dengan anak angkatnya. Bahkan ayah angkat boleh menikahi belas istri anak angkatnya. Anak angkat tidak bisa menjadi ahli waris orang tua angkatnya. anak angkat tidak boleh dinasabkan dengan orang tua angkatnya dengan alasan apapun.

Muhammad saw, selain sebagai rasul, juga manusia biasa. Adalah wajar jika beliau khawatir terhadap pandangan negatif ummatnya atas pernikahan yang tidak lazim ini. Sebagai manusia biasa, beliau khawatir jika masyarakat menyebutnya sebagai "si mata keranjang". Beliau juga khawatir popularitas dan dukungan ummatnya berkurang. Allah swt mengetahui persis perasaan yang berkecamuk dalam diri Rasul-Nya, maka Dia menegur secara keras dengan menurunkan surat tersebut.

Ayat itu menegaskan kepada Muhammad saw, juga kita semua sebagi umatnya, untuk tidak ragu-ragu terhadap perintah Allah swt, sekalipun secara sepintas perintah itu kurang populer di masyarakat. Ayat diatas menegaskan kepada kita, jangan terlalu sibuk mencari dukungan, restu, dan kerelaan manusia. Yang harus kita usahakan adalah keridhoan Allah swt. Jangan takut kehilangan dukungan manusia, sebab yang paling berhak ditakuti hanya Allah swt.

Restu orang tua kita usahakan, restu keluarga kita cari, dukungan masyarakat kita upayakan, tapi restu dan dukungan Allah swt diatas segala-galanya. Sekiranya semua manusia di jagat raya ini memberi restu dan dukungan atas sikap dan perbuatan kita, tapi Allah swt memurkainya, maka kita harus memilih Allah swt dan melupakan dukungan manusia.

Biarkan semua memusuhi kita, menolak dan mengasingkan kita, asal Allah swt rela, memberi restu, dan dukungandan dukungan kepada kita. Inilah sikap kita. Jika sikap ini kita pertahankan, maka Allah swt sendiri yang kelak akan mengubah pikiran manusia. Dari menolak menjadi menerima, dari memusuhi menjadi mendukung, dari melawan jadi berteman.

Ditangan Allah-lah seluruh ubun-ubun manusia. Dia-lah yang memegang kendali pikiran dan perasaan manusia. Ditangan-Nya pula hak prerogatif atas hidayah. Carilah restu dan dukungan Allah swt, sekalipun manusia menolaknya. Rasululah saw bersabda, "Barangsiapa memurkakan Allah swt untuk meraih keridhoan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang semula meridhoinnya menjadi murka kepadanya. Dan barang siapa meridhokan Allah swt (meskipun) dalam kemurkaan manusia, maka Allah swt akan meridhoinya dan meridhokan kepada orang yang pernah memurkainya, sehingga Allah swt memperindahnya, memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandangannya." (HR. Athabrani).

Anda boleh berkampanye, mencari dukungan atas kepemimpinan anda, tapi ingat restu Allah diatas segala-galanya. Boleh jadi kepemimpinan anda di dihadapan manusia sukses, tapi jika di mata Allah swt gagal apalah artinya?

Kepemimpinan kita di dunia sangatlah terbatas, lima tahun, 10 tahun, atau 32 tahun. Tapi setelah itu kita akan menghadapi Mahkamah Ilahi. Di sana, mata kita berbicara, telinga bicara, tangan dan kaki bicara, sedang mulut yang biasa berargumentasi ditutup rapat. Disana semua bukti atas fakta dan realita tak ada yang hilang, dipalsukan, atau dimanipulasi. Jika kita ingin kembali kepada Allah dengan Hati yang tenang, maka carilah sejak sekarang ridho Ilahi.

*Majalah Hidayatullah edisi 10/XX/Februari 2008/Muharram 1429

==========================================================

Semakin jelas sudah tentang semua peran Allah dan kedua orang tua kita terutama Ibu dalam segala aspek kehidupan kita termasuk dalam hal mencapai kesuksesan. Kembali lagi kepada temen-temen semua bagaimana tanggapannya.