Sulit untuk memulai, ya.. itulah judul sambutan pak Purdi E. Chandra dalam brosur Entrepreneur University yang saya baca kemarin. Memang bener apa kata pak Purdi, setiap orang yang pengen menjadi pengusaha selalu dan selalu merasa kesulitan saat akan memulai. Anggapan-anggapan, perkiraan-perkiraan dan pertanyaan-pertanyaan akan bagiamana jalanya bisnis, resiko-resiko yanga bakal ditanggung dan lain sebagainya yang hanya akan menunda seseorang untuk menjadi pengusaha. Seperti postingan saya sebelumnya yang mengangkat kesuksesan itu dimulai dari hal-hal kecil. Pak Purdi sendiri telah melakukan hal-hal kecil yang mengangkat dirinya menjadi insan yang sukses di negeri ini dengan mendirikan kerajaan-kerajaan bisnisnya. Berikut kutipan pak Purdi tersebut, semoga bermanfaat.
“SULIT UNTUK MEMULAI”
Banyak pertanyaan, mengapa orang itu sulit memulai usaha. Dan akhirnya banyak alasan-alasan yang disengaja dicari-cari yang dijadikan sebagai alasan pembenar, bahwa memulai usaha itu sulit!!
Dalam konteks ini, saya memang perlu ada taktik atau rekayasa bahwa kita itu memang harus dalam kondisi terpaksa atau memulai usaha itu. Misalnya saat di PHK atau kita sedang tak punya apa-apa. Atau disaat kita sudah capek melamar pekerjaan, dimana-mana, tapi tetap tak ada satupun perusahaan yang mempekerjakan kita. Bisa juga, disaat kita sedang drop-out dari sekolah atau tidak kuliah lagi, sehingga saat itu kita punya penasaran, bahwa seolah kita tak punya masa depan lagi.
Saya kira, justru disaat itulah atau disaat kondisi kita “terhimpit” keadaan seperti itu muncul ide bisnis atau pikiran yang brilian atau cemerlang, yang akhirnya membuat kita ada keberanian untuk memulai usaha. Ada keberanian kita untuk mandiri dan bersemangat lagi untuk belajar berwirausaha, sekalipun tak tahu jenis usaha apa yang akan kita jalankan.
Tapi sebaliknya, kalau saja keadaan kita sehari-harinya terasa aman-aman saja maka sulit untuk melakukan perubahan. Kita jadi sulit untuk berubah dari yang aman menjadi tidak aman. Maka, salah satu upaya yang bisa kita lakukan ialah, kita harus berani masuk ke dalam bisnis. Kita harus masuk ke dunia bisnis yang penuh dengan ketidakpastian. Nah, kalau kita terbiasa dengan dunia yang pasti, maka kita akan sulit untuk memulai usaha. Sehingga, saya kira kita memang perlu ada perubahan sikap mental. Contohnya, di saat kita memulai usaha berarti kita telah mencoba megambil rsiko atau dibutuhkan keberanian untuk ambil resiko.
Tapi, selama ini, saya kerap kali menjumpai banyak orang selalu punya pikiran negatif dulu, padahal mereka belum memulai usaha. Mereka berpikir resiko. Misalnya kalay usahanya tidak jalan terus gimana? Kalau usaha kita nanti rugi, lantas kita makan apa? Kalau produk yang kita jual tidak laku, terus gimana?
Jadi, kita belum apa-apa sudah hanyut dengan pikiran-pikiran yang negatif atau pikiran yang tidak-tidak! Yaitu : tidak laku, takut usahanya macet, takut gagal, dlsb. Saya rasa, jika kita sudah berkeinginan untuk berwirausaha, yah sebaiknya kita harus punya pikiran positif atau pikiran ya… ya… ya. Ya bisa maju, Ya bisa laku, Ya bisa untung! Sehingga, kita harus selalu OPTIMIS. Kita tentu saja butuh ketekunan, kesabaran dan harus selalu memiliki semangat yang prima.
Oleh karena itulah, dalam setiap kesempatan seminar, road show maupun kuliah di Sekolah Calon Pengusaha ‘Entrepreneur University’ yang kebetulan saya dirikan, saya juga selalu menyarankan mereka untuk disetiap saat selalu berani mencoba untuk memulai usaha. Kapan saja, dimana saja dan jenis produk atau jasa apa saja.
Yakinlah, dengan ‘sikap mental’ yang seperti itu, yang namanya memulai usaha akan menjadi hal yang mudah. Tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi saya kira “Memulai usaha itu memang beresiko, tapi tidak memulai usaha akan lebih beresiko”. Yah, kita tak punya asset. Berani mencoba?
Presiden Direktur Grup Primagama