13 Jan 2010


ImagePada posting sebelumnya saya membahas tentang Mulailah dari Pikiran, kali ini saya akan membahas sesuatu yang timbul juga dari kekuatan pikiran kita. Pernah denger The Power of Kepepet? Ya bener kepepet memang keadaan dimana kita merasa terpojok akan keadaan tersebut dan merasa tidak berdaya. Serasa kita selalu memberontak untuk cepat-cepat keluar dari keadaan itu. Pernahkah Anda merasa kepepet? Apa yang membut Anda kepepet? Apa yang Anda dapatkan dari keadaan tersebut?
Pernah denger juga Jaya Setiabudi? Director Y.E.A, Coach Entrepreneur Camp, Pendiri Entrepreneur Association. Sangat menginspirasi buat kita semua dengan ilmu kepepet nya. Dulu sempet ketemu saat beliau dijogja namun sayang tidak bisa ngobrol banyak. Berikut ini sepenggal cerita dari beliau, semoga menginspirasi kita semua.


Seandainya sekarang anda tidak memiliki uang tabungan, penghasilan pun kurang dari 1 juta sebulan. Apakah anda bisa mendapatkan uang 10 juta - jam 9 esok hari?" Saat saya menanyakan pertanyaan ini kepada peserta seminar, hampir semua menjawab, Tidak Bisa.

Kenapa?? Karena mereka mengukur kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Dengan penghasilan 1 juta perbulan, jika savingnya 200 ribu perbulan, maka butuh 50 bulan untuk mendapatkan 5 juta.

Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini, orang yang paling Anda sayangi, mendadak sakit keras. Dokter mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang harus dioperasi esok pagi. Jika tidak, maka (maaf) nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya bisa dilaksanakan jika anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah sebelum jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah anda masih akan mengatakan tidak bisa? Mayoritas akan menjawab, "Harus bisa". Kenapa? Karena KEPEPET, jika tidak, nyawa orang yang kita cintai tersebut akan melayang.

Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang terdesak dan tidak diberikan pilihan untuk "tidak bisa", manusia akan mencari jalan untuk berfikir "Bagaimana Harus Bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?

Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, diluar apa yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali hanya akan keluar pada kondisi terdesak, seperti seorang nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran.

Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang 'kepepet' sebelumnya. Seperti per atau pegas, saat kita tekan, maka akan menimbulkan gaya yang lebih besar. Trus, apa yang harus kita lakukan? Cara Pertama untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, adalah dengan cara menvisualisasikan (membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi kepepet, maka kita akan mengfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon kita, bekerja secara maksimal. Misalnya, bayangkan jika hari ini anda di PHK, apa yang akan anda lakukan?

Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara Nyata. Misalnya dengan berhutang untuk modal usaha, secara otomatis akan membuat kita termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau, bisa juga kita terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada juga yang memberanikan diri membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios, setelah itu terpaksa berfikir bagaimana melunasinya. Jika anda masih single dan tidak punya tanggungan keluarga, mungkin anda mau langsung mencoba keluar kerja dan mulai usaha?! Semua itu pilihan anda lho, jangan salahkan saya untuk resikonya. Tergantung dari karakter masing-masing orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup konyol, tapi berhasil. Kuncinya: Tetap jaga KREDIBILITAS Anda.

Cara mana yang akan anda pilih, yang penting MELANGKAH, jangan kebanyakan mikir atau sekedar membaca artikel saya ini. Karena kehidupan anda tidak akan berubah hanya dengan mendengar, tapi dengan ACTION.
Seperti kata Rudy Hartono, apa yang membuatnya menjadi juara? Jawabnya: “Every Point is a Game Point.”

FIGHT!

Jaya Setiabudi
Director Y.E.A
Coach Entrepreneur Camp
Pendiri Entrepreneur Association

Sumber : http://yukbisnis.com/content/view/88/30/

Semoga dengan membaca penggalan cerita dari Jaya Setiabudi diatas mampu menginspirasi kita semua dan selalu positif dengan segala masalah yang datang kepada kita. Kalau kita menyadari ternyata power terbesar dalam diri kita adalah pada saat kita tidak punya apa-apa, saat kita kepepet, saat kita terpojok, saat kita terkucil, saat kita direndahkan, saat kita merasa tak berdaya. Pikiran kita akan selalu terpacu untuk keluar dari situasi seperti itu sehingga potensi yang mungkin sebelumnya terpendam menjadi terpacu untuk keluar.

Pengalaman seperti itu mungkin pernah dialami seorang mahasiswa seperti saya ini. Saat mengerjakan tugas akhir ataupun skripsi kita dihadapkan pada target waktu untuk segera menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat jika ingin mengejar wisuda terdekat. Ditambah lagi tekanan dari orang tua yang mungkin memberi ultimatum untuk segera lulus wisuda dua bulan depan, otomatis kita harus mengerjakan semua itu dalam waktu satu bulan karena kita harus yudisium bulan depan. Saat itu kita yang sebelumnya malas-malasan untuk mengerjakan tugas tersebut maupun yang sebelumnya tidak tahu menahu konsep apa yang harus dikerjakan, secara di luar nalar kita tergerak untuk segera mencari bahan-bahan apa saja yang kita perlukan. yang sebelumnya tidak terpikirkan apa saja yang harus diperbuat serta merta mengalir begitu saja seakan-akan kita diberi jalan dengan mudahnya.

Itu karena memang kita sudah mengaktifkan kekuatan bawah sadar kita untuk segera bertindak dengan adanya semua tekanan yang kita terima. Kita akan merasa kepepet, mau tidak mau kita harus menyelesaikan itu meskipun sebelumnya kita tidak pernah optimis akan bisa menyelesaikan semua tugas tersebut tepat waktu.

Ya memang benar, pikiran adalah eksekutor dari semua penyelesaian masalah-masalah dalam hidup kita. Pikiran sering bergejolak dan tidak menentu. Pikiran mampu memikirkan 3 hal dalam satu detiknya sehingga kita sering mendengar bahkan kita sendiri mengeluhkan kenapa kita belum bisa untuk FOKUS dalam satu hal dulu baru memikirkan yang lainnya. Memang itulah pikiran, lebih suka hal-hal yang lebih rumit daripada hal yang sebenarnya meskipun itu lebih sederhana.

Dalam dunia bisnis juga banyak hal yang membuat pengusaha-pengusaha merasa kepepet saat mengalami kebangkrutan. Kebanyakan orang belum berani untuk menjadi seorang pengusaha karena merasa resiko yang ditanggung jika menjadi pengusaha sangatlah besar. Ditambah lagi dorongan-dorongan dari orang terdekat kita yang semakin membuat kita takut untuk menjadi pengusaha. Pengalaman-pengalaman dari orang lain yang bangkrut juga menjadi alasan kita untuk tidak menjadi pengusaha. Tetapi bagi orang-orang yang mampu mengelola pikirannya untuk selalu berpikir positif, mereka menganggap resiko yang dilontarkan oleh orang-orang tadi adalah peluang, resiko adalah rejeki. Semakin besar resikonya semakin besar peluang kita memperoleh rejeki yang banyak. Jadi mereka tidak pernah takut untuk gagal. Yang ada  dalam pikirannya adalah successibility thinking (kemungkinan untuk sukses) tidak pernah ada kata pesimis, mereka berani gagal dan berani sukses. Jadi tidak ada salahnya bagi kita yang sudah berniat untuk membuka usaha untuk segera memulai, jangan takut untuk segera memulai karena takut adalah musuh terbesar dalam hidup kita. Jadi Beranikah Anda menjadi Pengusaha??

Suksess untuk kita semua, semoga tulisan saya ini bermanfaat.